Film Perahu Kertas

00.38 0 Comments

Terus saya pengen cerita juga tentang kepatah-hatian saya untuk hasil film Perahu Kertas yang baruu banget saya tonton sama 4 sekawan yang kesemuanya sudah baca bukunya dan berekspektasi tinggi untuk hasil film ini.

Aaah yang pasti film ini jauuh dari semua visualisasi yang sudah ada di benak saya (pribadi) khususnya, sejak buku ini dibaca hingga lebih dari 10x.Dan berikut daftar kepatah-hatian saya :

1.Mulai dari pemilihan pemeran.
Imo yang paling lumayan masuk hanya Adipati dolken as Keenan dan tante Lena as Keenan's mother. Kugy? Nope, Remi, Reza rahardian jelas bukan orangnya. I do prefer choose the new one lalu karakter pelan-pelan dibentuk. Eko? Since when Eko jadi orang betawi? Dan please kenapa harus pemain-pemain FTV yang harus muncul sih? Karakter mereka semua sudah hancur dengan cerita-cerita di Ftv kacangan ituu ;(
Ya mungkin ini adalah PR besar untuk Hanung dan Dee, tapi 2tahun untuk mencari pemain-pemain baru lalu membentuk karakter masing-masing rasanya cukup. Saya bosan lihat pemain-pemain Ftv itu, apalagi untuk siapatuh partner Remi di avocado, Siska?? muka Ftvnya udah nempel banget. Blah!!!

2.Wardrobe.
Untuk Remi, please Hanung, seorang Remigius as an owner advocado adv, dan dengan karakter laki-laki cosmo perhatikan semua detail wardrobe yang akan dipakai, kaos full print hasil sponsor yang dipake bener-bener ngerusak sosok laki-laki yang mencintai seni dan diperebutkan banyak perempuan, polo shirt atau kaos dengan warna polos mungkin lebih masuk.
Dan kemudian Kugy, masih kurang eksentrik. Sosok Maudy yang feminim masih terbawa kedalam sosok Kugy yang absurd dalam urusan berpakaian. Lalu Luhde. Yang saya lihat karakteristik perempuan-perempuan Bali lebih sering menggunakan kebaya khas bali di keseharian mereka. Lalu tiba-tiba ada adegan Keenan & Luhde ngobrol-ngobrol dengan wardrobe Legging & baby doll, ngerusak ;(((

3.Ceritanya.
Seriously teh, moment yang seharusnya bisa dikembangkan dan sanggup narik sisi emosional penonton justru dicut. So sad, patah hati banget ;(((
saya inget betapa berkali-kali baca adegan ini langsung nangis sesegukan :
Moment dimana ketika kereta berhenti karena anjlok, Kugy dan Keenan bertemu dalam satu moment dimana satu sama lain sadar saling menyukai tapi ngga bisa ngomong dan berbuat banyak. Warung itu, bau kopi, tanah basah, pisang susu akan jadi moment yang paling mereka ingat. Lalu ketika Keenan ikut ngajar di sekolah alit dan berinteraksi
Dengan pasukan jendral pilik, juga ngga ada.

Rasanya cuma itu yang bikin saya keluar dari bioskop dengan perasaan hancur lebur. Dan ngga tahu masih mau nonton apa ngga untuk bagian keduanya di Oktober nanti. Maaf ya teh untuk kali ini saya kecewa sama hasilnya. Tapi mudah-mudahan teteh dewi bisa lebih milih partner sutradara kalo mau buat film lagi. Should i say more about Riri & mbak Miles?

Adios.

Redshoes

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google

0 komentar: