Nice to meet you, Paul :)

15.48 0 Comments


Beberapa minggu lalu Deni kedatangan seorang teman dari Holland, namanya Paul. Mereka ini pernah menjadi partner kerja ketika masih sama-sama di Cyberjaya-Malaysia. Kedatangannya kali ini berkaitan dengan profesinya sekarang, yaitu seorang produser tv lokal di Belanda sana, yang bertujuan untuk membuat sesuatu di beberapa kota di Indonesia. Di Jakarta hanya singgah sementara sebelum nantinya Paul akan ketempat tujuan. Menarik ya, saya langsung iri :D

Nah, sebelum kita ketemuan, ada drama yang terjadi disana. Janjian bertemu dihari Kamis dengan lokasi Rawamangun-Kemang jelas bukan perkara mudah kalo kita ngomongin macet Jakarta. Paul dan Deni sudah berkirim sms dari pukul 5 sore, Deni menjanjikan akan sampai disana dalam 1jam kedepan. Voila! ternyata Jakarta sedang tidak berteman baik dengannya. Setelah macet sana-sini dan berusaha mencari jalan alternatif, kita sampai dengan selamat tapi kumel pada pukul 10 malam. 5 jam aja gitu cyin! perjalannya, fiuuuh. Paul dengan muka lesunya setelah jetlag 13 jam dipesawat hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala karena tidak percaya dengan kerumitan jalanan di kota tercinta kita ini. Sama seperti perjalanan bandara menuju hotel, Paul terjebak macet hingga 4 jam untuk sampai XD

Lalu kemudian obrolan loncat ke cerita tentang masing-masing. Paul dengan kesibukannya, Deni dengan kerumitan hidupnya menghadapi Jakarta hahahaha. Kenapa saya ketawa? karena saya tahu persis keluhannya setiap saat tentang ketidaksanggupan menghadapi macet Jakarta & kehidupan kantor yang semakin hari semakin membuatnya lelah teramat sangat. Makanya ketika ngobrol sama Paul, kita juga cerita perihal rencana untuk hijrah ke luar negri. Dan juga (tentunya) rencana pernikahan di pertengahan tahun depan hehehe.

Sampai pada satu pembicaraan yang serius tentang perbedaan yang sangat-sangat jauh soal sistem di sini sama negaranya Paul. Ketika dia bertanya tentang kapan terakhir kali kita berlibur (baca: berdua) dan saya jawab adalah bulan April 2012 , dan itupun hanya 4hari. Kemudian Paul mengernyitkan dahinya lalu kemudian geleng-geleng (lagi) ketika saya jelaskan tentang sistem di negara tercinta kita ini. Yes, disini kalo mau liburan ngga segampang ketika-sebut-saja Deni bekerja di Malaysia. Kita harus nunggu setahun dulu baru bisa dengan leluasa cuti hingga 12 hari. Sedangkan Deni, waktu di Malaysia, pada bulan pertama dia bekerja, kantornya langsung memperbolehkan dirinya cuti ketika ia ingin pulang ke Indonesia.

Ha!

Lalu kemudian gantian Paul cerita tentang sistem di Belanda. Disana itu jam kerja ngga full kaya kita, cuma setengah hari aja gitu. Lalu mereka dibebaskan untuk sibuk dengan hal lain. Dan kemudian, *yang ini saya agak kurang jelas* Paul bilang, di sana setelah kita dapet target omset *kalo ngga salah* itu kita bisa bebas meninggalkan kantor selama 6bulan dengan sistem masih digaji. Terus dengan muka lempeng saya ngomong shit. hahahahahaha.
 
Sebetulnya banyak yang diceritakan Paul, tentang perjalanan hidupnya, pengalaman dia sewaktu pergi ke Maldives (ini dia cerita karena saya bilang ingin sekali kesana dengan Deni dalam rangka honeymoon hihihi) dan lain-lain. Dan saya setuju untuk pendapatnya tentang menjalani hidup. Pertama kita harus suka terlebih dahulu pada apapun yang akan kita kerjakan, lalu kemudian kesenangan & bahagia lahir bathin akan menyusul secara pelan-pelan.

Dan pada akhirnya semangat kami berdua untuk terus cari-cari peluang kerja diluar semakin membara. Kami yakin, suatu saat nanti bisa sampai dibenua Eropa. Lalu kemudian tinggal dan mencari nafkah disana. Amiiiin.

Well, nice to meet you Paul. So see you in Holland :)
Hopefully Deni can bring me there, as he said before, amen :D

Redshoes

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google

0 komentar: