Cerita inspiratif hari ini..

11.28 0 Comments

Sebuah torehan orangtua yang akan diberikan untuk anaknya, suatu saat nanti.

Untuk Anakku,

Saat ini, badanku sudah renta, bukan lagi badanku yang dulu-badan kuat Ayah kebanggaanmu, yang bahu dan lehernya menjadi tumpuanmu. Maklumilah diriku. Tetaplah bersabar menghadapi ketidakmampuanku yang semakin banyak.

Saat ini, engkau mulai menyaksikan pemandangan kotor dihadapanmu karenaku. Bahkan, baru saja air liurku terjatuh tercecer dilantai dan telah menodai sepatumu. Maklumilah diriku. Ingatlah saat engkau mengajakku bermain di pagi hari, muntah dan mengotori pakaian kerjaku.

Saat ini, Aku telah melakukan kesalahan dengan menggunakan bajuku terbalik, bahkan sempat terlihat oleh tamumu saat aku melintas diruang tamu. Perbaikilah. Ingatlah setiap ingin bermain diluar rumah, engkau berkali-kali memasang terbalik sepatumu dan aku selalu membenahinya untukmu.

Saat ini, aku sering bingung dan tidak lagi dapat menjangkau pembicaraanmu. Janganlah merendahkanku. Ingatlah cara-cara yang kulakukan untuk menjawab setiap pertanyaan "mengapa" yang selalu engkau ajukan saat itu.

Saat ini, kita berjalan bersama, namun aku tidak mampu lagi mengimbangi kecepatan langkahmu. Tetaplah disampingku, beriringanlah denganku, dan ulurkan tanganmu. Ingatlah bagaimana engkau belajar berjalan saat itu.

Saat ini, aku sering lupa berbagai peringatanmu, termasuk menggunakan sendok garpu di tanganku. Janganlah bosan mengingatkanku atau mungkin melakukannya untukku. Ingatlah pada masa kecilmu saat engkau belajar menggunakan sendok, garpu, piring dan gelas.

Saat ini, aku sering mengajakmu duduk bercerita di belakang rumah dekat kandang ayam kita. Namun, aku tidak mudah lagi mencerna setiap maksud pembicaraanmu, apalagi tentang pekerjaanmu. Janganlah bosan. Perlu engkau tahu, sebenarnya topik pembicaraanmu bukan lagi hal yang penting bagiku. Asal engkau ada di sisiku, itulah kerinduanku.

Saat ini, kondisi roda pembelianmu rusak karena aku salah menggunakannya. Harus kugunakan rem, tapi malah menabrak pot kesayangan istrimu hingga pecah. Ingatlah suatu malam saat engkau menangis memintaku membelikan sepeda yang kau tunjuk disiang harinya. Pagi-pagi sekali aku bergegas membelikan sepeda yang mahal itu. Namun di siang hari, sepeda itu sudah tercerai berai dan rongsok di halaman rumah kita.

Saat ini, mungkin aku seolah-olah tidak menghargai usahamu yang membelikanku makanan kesukaanku karena tidak lebih dari dua sendok makanan yang melewati tenggorokanku. Bersabarlah. Ingatlah ketika aku menyuapimu makan, setiap kali pula engkau mencoba memuntahkan makanan itu sebelum masuk ke perutmu.

Saat ini, bukan lagi seperti dulu ketika aku selalu ada untuk mengajarimu. Aku menua dengan segala kekurangan fisik dan pikiranku. Janganlah bersedih. Tetaplah bersuka cita, seperti suka citaku dimasa kecilmu. Bagaimana pun masa kecilmu telah menjadi inspirasi, kekuatan, serta penghiburan bagiku. Satu hal yang harus engkau tahu..jiwaku tetap seperti dulu, selalu bersorak sorai ber hip-hip hura ketika bersamamu.

Nanti, jika aku pergi menghadap Yang Maha Kuasa, aku akan merepotkanmu lagi dengan segala urusan yang berhubungan denganku dan engkau akan menumpahkan air matamu. Jangan terlalu menangisi-ku. Ikhlaskanlah kepergianku dan genapilah sukacitaku. Lakukanlah segala sesuatu untuk pemberangkatanku dengan senang hati. Ingatlah bahwa aku sudah ada gantinya di dunia ini, dirimu, anakku.

Seorang anak tidak pernah memilih untuk dilahirkan, dan orangtua tidak memilih untuk mengalami masa tua dan renta. Namun semua itu adalah masa-masa indah buatku dan semoga jga selalu indah bagimu.

Ayahmu.

Tulisan ini dibuat untuk dibaca oleh siapa saja yang ingin mengingat masa kecilnya, yang akan mengalami kebersamaan dalam masa orangtuanya. Orang tua kita menanamkan arti cinta agar kita mengerti bagaimana harus mencintai.

Redshoes

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard. Google

0 komentar: